Apakah Anak Saya Alergi? Bisakah Alerginya Sembuh?
Setiap orang tua pasti pernah mendengar kata alergi. Namun pengertian alergi sendiri bisa berbeda bagi orang tua satu dengan yang lain. Sebenarnya, alergi adalah salah satu jenis gangguan dari sistem kekebalan. Alergi dapat terjadi bila sistem kekebalan seseorang memiliki sensitivitas yang berlebihan terhadap protein tertentu yang bagi orang lain tidak menimbulkan masalah.
Seorang dokter menganggap alergi sebagai sebuah kondisi yang hiper-imun dalam arti sistem kekebalan yang berlebihan atau hipersensistif. Sedangkan orang tua sering menganggap alergi sebagai kekebalan yang lemah karena penderitanya sering sakit. Sebagai akibatnya, orang tua dari anak alergi menginginkan anak mereka ditingkatkan kekebalannya dengan meminta dokter memberikan kepada anaknya berbagai vitamin dan berbagai jenis obat peningkat kekebalan, bahkan kadang antibiotik, yang sering tidak dipenuhi oleh dokter. Namun demikian, baik dokter maupun orang tua, pasti menginginkan agar penderitaan anak akibat alergi dikurangi atau bahkan dihilangkan.
Apakah anak saya alergi?
Biasanya orang tua mulai memikirkan anaknya menderita alergi bila anaknya menderita sakit yang tak kunjung sembuh. Gejala yang dikeluhkan umumnya gatal, diare, nyeri perut, sariawan, migrain, batuk, pilek, atau sesak. Namun, gejala-gejala tersebut tidak selalu disebabkan oleh alergi; bisa juga akibat dari gangguan kekebalan jenis lainnya seperti infeksi, auto-imun dan keganasan. Oleh karena itu, penting sekali untuk mengenali bahwa gejala-gejala yang timbul pada anak itu penyebabnya alergi atau yang lainnya.
Apa saja gejala yang dialami anak yang berbakat alergi?
Gejala alergi pada anak dapat berbeda-beda. Gejala bisa berwujud gatal, diare, nyeri perut, sariawan, migrain, batuk, pilek, atau sesak. Biasanya gejala berlangsung cukup lama atau tak kunjung sembuh. Gejala sering berulang dengan penyebab yang sama, misalnya setelah mengonsumsi makanan tertentu, berada di dekat hewan berbulu, atau terpapar debu rumah. Dugaan alergi semakin kuat dengan adanya kerabat dekat anak yang memiliki riwayat alergi (ayah, ibu, saudara kandung, kakek, dan nenek).
Bagaiamana mengenali bahwa gejala batuk pilek yang diderita anak saat ini disebabkan alergi dan bukan karena serangan kuman (infeksi)?
Ada tiga informasi yang dibutuhkan untuk membedakan penyebab alergi dengan penyebab infeksi yaitu:
1). Apakah disertai demam?
2). Apakah keluhan siang hari lebih dominan daripada pagi dan malam hari?
3). Apakah ingus atau riaknya kental dan berwarna?
Bila ketiga pertanyaan tersebut dijawab “tidak”, maka gejala batuk pilek yang diderita kemungkinan sangat besar disebabkan alergi. Namun bila salah satu dari ketiga pertanyaan tersebut dijawab “ya”, maka gejala batuk pilek yang diderita anak kemungkinan sangat besar disebabkan serangan kuman (infeksi).
Mengapa gejala alergi bisa hilang atau berkurang pada siang hari?
Karena secara alamiah manusia memiliki siklus diurnal, yang mana tubuh memproduksi hormon adrenalin dan kortisol yang lebih banyak pada siang hari dan menurun saat malam sampai pagi hari. Adrenalin dan kortisol dapat menghilangkan atau mengurangi gejala alergi.
Anak saya alergi apa? Bagaimana mengetahui jenis penyebab alergi?
Bila orang tua mengatakan: “Anak saya selalu mengalami gejala seperti ini setelah mengkonsumsi telur ayam”, maka orang tua dapat menduga bahwa anaknya menderita alergi telur ayam. Untuk memastikan penyebab, orang tua harus melakukan pantang makan (eliminasi) telur ayam dan produk makanan yang mengandung telur ayam selama 3 minggu. Bila dalam 3 minggu secara konsisten gejala menghilang, harus dilanjutkan dengan mengkonsumsi kembali telur ayam (provokasi) setiap hari selama 1 minggu. Bila dalam 1 minggu masa provokasi gejala timbul lagi, boleh dikatakan bahwa si anak memang alergi terhadap telur ayam. Bila dalam masa eliminasi tetap timbul gejala, kemungkinan anak juga menderita alergi terhadap makanan lainnya atau menderita alergi selain makanan, misalnya bulu binatang dan debu rumah.
Metode eliminasi dan provokasi ini dapat diterapkan pada semua jenis makanan yang diduga menyebabkan alergi. Bila diduga penyebabnya lebih dari satu jenis makanan, maka semua makanan tersangka harus dieliminasi dulu dan dilanjutkan provokasi untuk setiap jenis makanan selama 1 minggu.
Untuk orang tua yang mengeluh: “Anak saya sering pilek setelah memelihara kucing”, maka orang tua dapat menduga bahwa anaknya menderita alergi kucing. Untuk memastikan bahwa penyebabnya memang kucing, maka kucing harus dieliminasi dari rumah selama 3 minggu. Bila dalam 3 minggu tersebut secara konsisten gejala menghilang, segera dilanjutkan dengan memelihara lagi kucing selama 1 minggu. Bila dalam 1 minggu anak tinggal dalam satu rumah bersama kucing dan gejala timbul lagi, boleh dikatakan bahwa si anak memang alergi terhadap kucing.
Yang agak sulit adalah bila orang tua mengatakan: “Anak saya gejala batuknya semakin parah bahkan kadang kala disertai sesak bila berada di dekat orang yang sedang menyapu lantai atau di dekat pembantu yang sedang memukul-mukul kasur/bantal kapuk.” Dalam kondisi ini orang tua dapat menduga bahwa anaknya menderita alergi debu rumah. Cara memastikan bahwa si anak alergi debu rumah adalah melakukan tes alergi, misalnya dengan cara uji kulit atau pemeriksaan laboratorium. Yang memberi surat permintaan untuk tes alergi ini adalah dokter.
Kondisi apa yang dapat memunculkan atau memperparah gejala alergi?
Kemunculan atau semakin parahnya gejala alergi pada anak dapat disebabkan oleh tekanan fisik atau tekanan psikis. Namun, tekanan-tekanan tersebut akan secara efektif memicu gejala alergi bila terjadinya bersamaan dengan kondisi anak yang sedang terpapar dan mengalami sensitivitas terhadap alergen makanan, bulu binatang, debu rumah, atau alergen lain. Tekanan fisik dapat terjadi dalam bentuk kedinginan, kepanasan, sakit influenza, kelelahan akibat beraktivitas fisik seperti berlari, berenang dan olah fisik lainnya. Tekanan psikis bisa dalam bentuk menangis, ketakutan, marah atau bahkan karena tertawa terbahak-bahak.
Apakah anak saya bisa sembuh dari alergi?
Seorang anak bisa sembuh atau terbebas dari gejala alergi bila kita mampu mengenali gejala alergi, mampu mendeteksi anak kita alergi terhadap apa, dan mampu mengontrol alergen penyebabnya.
dr. Anang Endaryanto, SpAK
(Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia)