Hari Prematur Sedunia
Meski banyak masyarakat kita yang belum mengetahui World Prematurity Day, namun di negara-negara barat sudah banyak yang memperingatinya setiap tanggal 17 November. Sejak tahun 2013, tanggal tersebut telah ditetapkan Badan Kesehatan Dunia, WHO, menjadi World Prematurty Day atau Hari Prematur Sedunia, dan tahun 2016 ini, bertema “Tiny in First, Strong at Last”.
Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, untuk pertama kali memperingati Hari Prematur Sedunia tersebut pada tanggal 21 November 2016 yang menyajikan talk show dan pameran produk dan jasa pelayanan bayi prematur. “Hari Prematur Sedunia merupakan bentuk kepedulian dunia terhadap bayi prematur,” ujar pakar bayi prematur dari Divisi Perinatologi, Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpA(K), pada acara talk show yang dimoderatori oleh dr. I.G.A.N Ayu Partiwi, SpA, MARS.
Kondisi rentan bayi prematur
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Menurut data WHO tahun 2013, bayi prematur menyumbang angka satu juta kematian di dunia. Hal ini antara lain karena bayi prematur memiliki risiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak. Pertumbuhan bayi prematur harus serupa dengan pertumbuhan janin di dalam rahim untuk mencegah terjadinya extra uterine growth restriction (EUGR, pertumbuhan terhambat di luar rahim). Gangguan ini dapat dicegah dengan upaya resusitasi, asupan nutrisi yang adekuat (memadai), dan stimulasi perkembangan otak yang optimal.
Angka kelahiran di Indonesia per tahun sekitar 5 juta bayi, dan 750 lahir prematur. Umumnya, bayi prematur tersebut lahir dengan berat badan rendah (BBLR, Bayi Berat Lahir Rendah).Selain BBLR, kondisi yang juga sering terjadi pada bayi lahir prematur adalah gangguan penglihatan retinopati (retinopathy of prematurity). Dengan perawatan yang tepat dari neonatologis, dokter anak, dokter spesialis mata, perawat, tenaga penunjang medis dan administrasi yang kompeten dan profesional, bukan tak mungkin BBLR di bawah 1000 gram dapat survive.
Pelayanan kesehatan bayi prematur seringkalimemang melibatkan dokter subspesialistik multidisiplin. Misalnya saja, dokter anak subspesialis nutrisi dan metabolik,dokter spesialis mata, dokter spesialis jantung, dokter spesialis THT (telinga, hidung, dan tenggorokan), dokter spesialis rehabilitasi medik, dan sebagainya. Sementara ruang perawatan bayi baru lahir prematur umumnya di neonatal intensive care unit (NICU) dengan berbagai prosedur dan peralatan berstandar internasional. Semua ini karena kondisi khusus bayi lahir prematur juga memerlukan perawatan yang khusus.
Masa depan bayi prematur
Meski bayi prematur lahir dengan kondisi khusus, namun dengan penanganan dan perawatan yang tepat, baik dari dokter dan tim medis maupun orang tua, akan membuat anak tumbuh dan berkembang normal sebagaimana anak-anak lain yang lahir cukup bulan. Apalagi, kemajuan teknologi kedokteran juga makin canggih sehingga peralatan dan kemampuan tenaga medis pun makin mempuni.
“Meski tidak mudah, pemberian ASI eksklusif dan perawatan kanguru, adalah hal wajib dilakukan ibu agar bayi dapat mengejar ketertinggalan berat badannya dan menghindarkan terjadinya hipotermia (suhu tubuh turun) yang umumnya terjadi pada bayi lahir prematur. Dengan melakukan kangaroo care, biasanya otomatis produksi ASI juga akan bagus,” papar Dr. dr. Aryono Hendarto, SpA(K), dari Divisi Nutrisi dan Metabolik Anak, FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, yang juga menjadi pembicara pada talk show Hari Prematur Sedunia. Bagi bayi prematur, ASI memang bukan sekadar makanan terbaik, tapi juga obat!
“Orang tua harus terus memantau tumbuh kembang anak dengan berkonsultasi pada dokter. Jangan cepat puas bila di usia balita anak tampak baik-baik saja. Pantau dan konsultasikan terus secara berkala kepada dokter, karena perjalanan tumbuh kembang anak masih panjang. Dengan demikian, apabila terjadi penyimpangan dapat segera dikoreksi sehingga tidak sampai mengganggu tumbuh kembang anak hingga dewasa,” sambung Dr. Rina.
Pada acara talk show tersebut juga hadir beberapa orang tua yang memiliki bayi prematur untuk saling berbagi pengalaman. Termasuk dr. Raffi, yang kini sedang mengikuti pendidikan dokter spesialis anak di FKUI Jakarta,yang lahir prematur dengan berat 700 gram, dan saat menjadi dokter lulus dengan predikat cum laude!