Traveling Ala Ibu Menyusui
Jauh sebelum Sophia "conceived", perjalanan saya dan suami, Robert Angkasa, ke New York City (NYC) dan Atlanta sudah ada dalam agenda perjalanan kami yang tidak bisa kami batalkan. Perjalanan ini adalah perjalanan bisnis dan "leisure".
Namun setelah Sophia lahir pada tanggal 30 Agustus 2012 -amazingly Sophia lahir normal di hari ulang tahun saya. Wow, Tuhan sungguh murah hati- kami sudah memprediksi, perjalanan ke NYC - Atlanta akan dilakukan saat umur Sophia 5 minggu. Ini adalah saat yang sangat penting untuk saya selalu berada di sisinya, terutama kepentingan ASI buat baby Sophia.
Kami tahu banyak "pros and cons" jika mengajak baby Sophia. Jadi dengan berjalannya waktu, kami memiliki 2 plan. Plan A, baby Sophia tetap ikut dengan asumsi, ASI akan tersedia lancar, langsung diberikan. Plan B, baby Sophia akan kami tinggal di Jakarta, bersama pengasuh dan ibu beserta tante saya, dengan asumsi saya akan mempersiapkan stok ASI perah (ASIP)untuk persediaan selama 2 minggu selama kami tinggal di Amerika.
Pada hari sebelum keberangkatan, kami diberi kabar bahwa visa baby Sophia tidak bisa selesai tepat waktu, jadi saya dengan berat hati terpaksa meninggalkan baby Sophia dengan ASIP yang sudah saya persiapkan. Di saat yang bersamaan, saya konsultasi dengan Dokter Anak, dr. Ayu Partiwi, yang akrab disapa dr. Tiwi. Beliau menganjurkan ASIP saya dari Amerika dibawa pulang ke Jakarta.
Ketika ASIP terpaksa dibuang
Sayangnya, pada perjalanan ke NYC yang ditempuh dari Jakara-Singapore-Frankfurt-NYC, plastik tempat ASIP saya tertinggal di dalam koper yang masuk bagasi. Jadi ASIP selama perjalanan tersebut, dengan sangat terpaksa dibuang. Ketika dibuang, hati saya hancur dan menangis. Teringat betapa sayangnya "cairan emas" itu terbuang dengan sia-sia. Jadi sempat 3x saya teguk ASI yang saya perah di dalam pesawat, sambil membayangkan wajah baby Sophia yang saya tinggal di rumah. Tak disangka, rasa ASI itu manis sedikit asin :)
Singkat cerita, selama di NYC, Atlanta dan perjalanan pulang Jakarta saya berhasil membawa sekitar lebih dari 6 liter ASIP. Namun, tidak dipungkiri adanya celoteh dari para ibu lain (yang melakukan perjalanan bersama kami) agar, "ASI percuma disimpan, dibuang saja, toh akan terus berproduksi. Daripada merepotkan saja." Begitu komentar mereka. Tapi dengan keteguhan hati, saya tetap fokus dan yakin akan berhasil membawa pulang ASIP untuk baby Sophia ke Indonesia.
Ada juga halangan lain ketika menyimpan ASIP di hotel. Kami tinggal di Hotel Intercontinental. Awalnya kami yakin hotel Bintang 5 akan membantu penyimpanan ASIP saya di freezer. Namun, ternyata saya hanya bisa menyimpan ASIP di kulkas yang ada di kamar, yang pastinya tidak akan bertahan selama seminggu lebih untuk dibawa pulang Indonesia. Saya pun memohon untuk bisa disimpan di dalam freezer di kitchen mereka. Namun, pihak hotel berargumen bahwa itu adalah "liability".
Akhirnya, dengan segala upaya, saya bertemu salah seorang staf manajer room service, yang "Thank God" sepertinya seorang ibu muda. Dengan segenap hati saya menceritakan situasi saya, dan akhirnya beliau menolong saya, membantu menyimpan semua ASIP saya di dalam frezeer Hotel. Bahkan, beliau mengijinkan saya untuk meninggalkan ASIP di dalam freezer Hotel dalam keadaan saya sudah check out dan berangkat ke Atlanta.
Perjuangan membawa pulang ASIP
Masih ada PR (pekerjaan rumah) yang lain. Bagaimana membawa ASIP saya yang semakin berat dan banyak? Ada 2 plan yang saya upayakan: (1) membeli CoolBox dan dry ice dan (2) mendonasikan seluruh ASIP saya jika tidak mungkin membawa ASIP pulang ke Indonesia.
Yes, selama 2 hari di Atlanta saya berhasil mendapatkan 2 coolboxes. Dan, ketika kembali ke NYC, wow! ASIP saya yang selama seminggu saya simpan di NYC masih tersimpan aman. Masalah selanjutnya adalah bagaimana agar ASIP saya tetap beku? Dan, saya sangat "anxious", apakah bisa lolos dari pengecekkan imigrasi? Thank God, saya sudah dibekali oleh "magic letter" dari dr. Tiwi; sebuah surat rekomendasi dan legalisir dari dr. Tiwi untuk membawa ASIP. Namun jika tidak lolos atau dipersulit, saya sudah mempersiapkan nomor telepon yang akan "pick up" ASIP saya untuk didonasikan.
So first thing first, pertama yang harus kami cari yaitu dry ice. Saya dan suami berkeliling mencari dry ice, di berbagai pelosok NYC. Dari New Jersey hingga downtown dekat Time Square! Yes! Berkat teknologi internet kami mendapatkan dry ice (yang akan bertahan 24 jam) sementara perjalanan dari NYC-Frankfurt-Singapore-Jakarta akan kami tempuh lebih dari 24 jam plus transit sekitar 30 jam. Kami sangat bersyukur, crew SQ membantu memberikan dry ice. Sampai bandara, masuk imigrasi amerika, ASIP saya LOLOS! Yes! Serasa perjuangan demi perjuangan untuk membawa ASIP buat baby Sophia terlihat semakin terang!
Saya berterima kasih kepada Robert, yang tetap mendukung dan tidak mematahkan semangat saya seperti ibu-ibu yang lain. Perannya yang paling besar adalah bagaimana Robert memberikan dukungan moral, semangat untuk tetap berjuang, hingga berkeliling membantu mencari electronic portable freezer, coolboxes dan dry ice. Ada beberapa saat dimana kami satu grup sedang berada di tengah-tengah program acara business trip di NYC dan Atlanta, namun Robert dengan senang hati berkorban tidak menikmati acara bersama yang lain, untuk mencari public toilet dan menemani saya memompa ASI. Tidak hanya itu. Robert juga yang membawa 2 coolboxes yang masing-masing beratnya sekitar 10 kg di samping koper-koper yang lain, dalam perjalanan kami dari NYC hingga Jakarta (NYC-Atlanta-NYC-Frankfurt-Singapore-JKT)
Saya sangat bersyukur, tetap berteguh hati membawa ASIP saya.... Hingga sekarang, masih beberapa dalam stok ASIP di freezer saya di rumah. Upaya kami menabung ASIP selama perjalanan ke Amerika Serikat tersebut membuahkan hasil. Di usia baby Sophia sepuluh minggu berat badannya 6 kg. Baby Sophia sangat sehat, dan badannya kesat! Terima kasih juga utk dr. Tiwi yg menginspirasi saya untuk terus berjuang demi baby Sophia! :)
Semoga cerita saya bisa menginspirasi ibu-ibu yang lain! Semangat! ASI is the best!